Pages

Tuesday, July 9, 2013

Manusia Berasal dari Hibrida Simpanse dan Babi?

Riset menunjukkan, simpanse betina cenderung agresif saat berinteraksi 
dengan betina lain. Sifat ini mungkin yang diturunkan pada manusia.
Ini mungkin terdengar gila dan tidak masuk akal. Namun, seorang pakar genetik bernama Eugene McCarthy mengatakan bahwa asal usul manusia adalah hibridisasi simpanse dengan babi.

McCarthy mengungkapkan, pandangannya didasarkan pada karakteristik anatomi manusia, bukan genetik. Menurutnya, ada banyak ciri anatomi manusia yang tidak ditemukan pada primata lain, termasuk simpanse yang dikatakan paling dekat kekerabatannya dengan manusia.

Dalam makalah berjudul "Are We Hybrid" yang diunggah di situs macroevolution.net, McCarthy mengatakan bahwa salah satu ciri itu adalah warna mata. Warna mata hijau, biru, dan coklat tidak ditemukan pada simpanse dan orangutan. Cuma ada satu kasus bahwa gorila punya mata biru.

Ciri lain adalah hidung. Hidung manusia punya daging dan terlihat mancung. Ciri ini juga tak ditemukan pada simpanse yang memiliki hidung rata dan tanpa kartilago lateral ataupun pada kera lainnya.

Ada juga cekungan di atas bibir disebut philtrum serta beberapa ciri organ lain yang lebih rumit seperti struktur multipiramida ginjal, absennya tulang penis, dan adanya melanoma.

McCarthy mengatakan, munculnya ciri-ciri manusia yang tak ditemukan pada kera lain adalah tanda bahwa manusia punya "orangtua" lain selain primata. Menurutnya, "orangtua" lain itu adalah babi.

Warna mata biru, hijau, dan lainnya, misalnya, mudah ditemukan pada babi. Sementara itu, babi juga punya hidung yang berdaging. Proses perkembangan bibir babi juga mirip, disertai dengan adanya celah pada bibir atas, yang pada manusia kemudian menutup membentuk philtrum.

McCarthy mengakui, memang sulit menerima hal tersebut dengan pengetahuan saat ini, misalnya dengan wawasan genetik bahwa jumlah kromosom simpanse dan babi berbeda sehingga tak mungkin melakukan hibridisasi.

Namun, menurut McCarthy, ada banyak hal yang belum diketahui saat ini. Pendapat bahwa hewan dengan kromosom yang berbeda tak bisa melakukan hibridisasi dan menghasilkan keturunan yang subur hanyalah generalisasi.

Sejauh ini, belum ada bukti pula bahwa persilangan antar-mamalia adalah mungkin. Jadi, jika ada yang mengatakan bahwa persilangan itu tak mungkin, itu cuma prasangka. Pada ikan, ada banyak bukti bahwa persilangan antarspesies mungkin.

Satu bukti penguat lagi yang mendukung bahwa manusia adalah hibrida kera dan mamalia non-kera adalah karakteristik manusia yang secara umum infertil. Menurut ilmuwan, hibrida antar-spesies menghasilkan keturunan infertil.

Bukti infertilitas adalah pada sperma manusia. Menurut McCarthy, sperma manusia sebenarnya "abnomal" bila dibandingkan dengan kera lainnya. Lalu, meskipun manusia bisa menghasilkan banyak sperma, banyak di antaranya sebenarnya tak berfungsi.

Spesies manusia, kata McCarthy, bisa berkembang karena tidak semua hasil persilangan antar-spesies infertil. Ada beberapa yang subur dan mampu berkembang biak, baik dengan yang sama-sama hibrida, maupun yang sejenis dengan orangtuanya.

Hasil hibridisasi lewat proses evolusi terus berkembang, demikian juga dengan kesuburannya. McCarthy mengatakan, mungkin pada awalnya hibrida babi dan simpanse memang rendah punya kesuburan rendah. Namun, dengan jutaan tahun evolusi, kesuburan ditingkatkan.

Proses persilangan antara simpanse dan babi sendiri hingga menghasilkan spesies manusia, jika benar, maka berlangsung jauh lebih rumit dari yang dibayangkan. Ini bukan berarti sekali persilangan kemudian menghasilkan hibrida yang bisa berkembang menjadi manusia.

Proses persilangan tentu pernah mengalami kegagalan yang dalam hal ini menghasilkan keturunan infertil. Proses ini juga disertai dengan backcrossing, dalam hal ini hibrida kawin dengan hewan yang sejenis dengan orangtuanya.

McCarthy terus mencari bukti-bukti yang mendukung asal usul manusia seperti dalam pandangannya. Ia mengatakan, ilmuwan saat ini terlalu tergantung pada genetika. Padahal, analisis genetik punya keterbatasan karena tak mampu menggambarkan adanya persilangan kera dan spesies lain di masa lalu.

No comments:

Post a Comment