Sesungguhnya, adakah dua jenis Kebenaran
dalam Buddhisme Theravada? Apakah kedua Kebenaran ini memiliki
perbedaan tingkat? Apakah Kebenaran Sejati/Mutlak lebih tinggi
dibandingkan dengan Kebenaran Konvensional/Relatif? Beberapa Buddhis
melakukan kesalahan dengan mengatakan bahwa Kebenaran Sejati/Mutlak
adalah lebih tinggi dari Kebenaran Konvensional/Relatif dan beberapa
orang menyatakan lebih lanjut bahwa Nibbana/Nirvana merupakan Kebenaran
Sejati/Mutlak.
Berdasarkan pada
anggapan tersebut, mereka tiba pada interpretasi atau penafsiran baru
mengenai Nibbana, yang bisa mengelirukan. Kenyataannya, hanya ada satu
Kebenaran dalam Buddhisme, tetapi terdapat dua cara di dalam
mempresentasikannya (menunjukkannya). Hal ini akan dijelaskan secara
singkat.
Sang Buddha dan juga para ahli
Abhidhamma yang diskusi-diskusi mereka berdasarkan pada pengajaran Sang
Buddha, secara pasti mengatakan bahwa Kebenaran Sejati/Mutlak tidaklah
lebih tinggi dari Kebenaran Konvensional/Relatif dan tidak ada perbedaan
dalam tingkat antara keduanya. Yang paling penting, kedua Kebenaran ini
dapat digunakan untuk mencapai pemahaman mendalam dan mengikuti jalan
menuju Pencerahan. Sang Buddha telah menggunakan kedua Kebenaran ini
dalam pengajaran-Nya tergantung pada kemampuan intelektual dari para
pendengar.
Lalu apa alasannya dari memperkenalkan
dua Kebenaran? Dalam pengajaran Buddhis awal, segala fenomena keberadaan
(eksistensi) manusia, baik batin maupun jasmani, dianalisa berdasarkan
pada lima metode atau cara.
Pada metode pertama, manusia di analisa ke dalam “nama” (batin) dan “rupa” (jasmani), pada metode kedua ke dalam lima kelompok (rupa [jasmani], vedana [perasaan], sanna [pencerapan], sankhara [bentuk-bentuk pikiran] dan vinnana
[kesadaran]), pada metode ketiga ke dalam enam dhatu/unsur (tanah, air,
panas, udara, ruang, dan kesadaran), pada metode keempat ke dalam dua
belas jalur persepsi indra dan bentukan mental/12 ayatana, dan pada
metode kelima ke dalam delapan belas dhatu/unsur.
Turunan kata (derivasi) ini dipandang
sebagai unsur-unsur dari semua fenomena eksistensi manusia. Ketika
sebuah fenomena tertentu dijelaskan dalam atau dengan istilah-istilah
unsur-unsur ini, maka penjelasan tersebut dipandang sebagai Kebenaran
Sejati / Mutlak. Ketika fenomena yang sama dijelaskan dengan
istilah-istilah kesepakatan umum maka dipandang sebagai Kebenaran
Konvensional/Relatif.
Belakangan, para ahli Abhidhamma
menyadari bahwa dibutuhkan untuk menganalisa lebih jauh unsur-unsur di
atas dan mereka tiba pada unsur-unsur mula/asal yang terkecil, yang
disebut dengan Dhamma, sebuah daftar yang menyeluruh yang nampak dalam
Abhidhamma Pitaka.
Dikatakan, Dhamma-Dhamma ini mengambil bagian dalam proses sebab-musabab yang saling bergantungan (paticcasamuppada).
Meskipun mereka dikenali sebagai unsur-unsur mula/asal untuk tujuan
sebuah pemahaman, tetapi mereka bukanlah sesuatu yang terpisah dan
masing-masing muncul bersamaan dengan Dhamma-Dhamma yang lain.
Kemunculan mereka bergantung pada kondisi-kondisi dan ketika mereka
terbentuk mereka juga dapat bertindak sebagai kondisi-kondisi bagi
kemunculan-kemunculan yang lainnya.
Semua pengalaman batin dan fenomena
jasmani terbentuk dengan cara ini. Penjelasan terhadap sebuah gejala,
batin ataupun materi, dalam istilah Dhamma seperti ini dikatakan sebagai
Kebenaran Sejati/Mutlak. Ketika gejala yang sama dijelaskan dalam
istilah kesepakatan umum, maka penjelasan tersebut merupakan Kebenaran
Konvensional/Relatif. Jika misalnya, seorang manusia dijelaskan dalam
istilah lima “skandha”, hal ini dianggap sebagai Kebenaran
Sejati/Mutlak. Di sisi lain, jika seorang manusia dijelaskan sebagai
seseorang yang akan menjalani hidup, dan menderita serta akhirnya
meninggal dalam sebuah proses “samsara” tanpa akhir, maka akan menjadi Kebenaran Konvensional/Relatif.
Bagaimana juga pemahaman ini bukan
berarti ada dua jenis Kebenaran di dalam Buddhisme Theravada, tetapi
lebih kepada dua cara mempresentasikan Kebenaran.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
keduanya dapat dipergunakan sebagai dua cara untuk berada pada jalan
Pencerahan. Dengan demikian hanya ada satu Kebenaran dalam Buddhisme
Theravada.
No comments:
Post a Comment